Penderita sosial fobia
seringnya memiliki pola pikir yang kurang sehat. Mereka selalu
cemas. Kecemasan pada sosial fobia umumnya karena penderita sosial
fobia tidak ingin mendapat penilaian yang jelek atau penolakan dari
orang lain.
Beberapa kepercayaan atau pikiran pada diri seorang penderita sosial fobia yang sering ditemui adalah:
- bila tidak ada yang bisa saya omongkan atau sampaikan, itu akan jadi bencana
- mereka akan mulai tidak menyukai saya.
- saya harus kelihatan mampu
- saya harus kelihatan menarik atau saya akan gagal
- bila mereka melihat saya cemas atau gelisah, mereka akan menilai bahwa saya lemah
Beberapa pikiran yang menurut penderita sosial fobia
dimiliki orang lain ketika melihat dirinya bila ia tidak bisa tampil
dengan baik:
- dia tidak bisa mengendalikan dirinya
- tingkah lakunya aneh.
- orang bodoh
- orang tersebut kelihatan tidak becus
karenanya seorang penderita sosial fobia
akan selalu cemas dan menarik diri atau menghindar dari melakukan tuga
tugas dimana dia harus tampil atau kelihatan. Untuk itu, dalam mengobati
sosial fobia langkah yang harus dilakukan adalah:
- Menata ulang setiap pikiran yang tidak realistis atau tidak membantu (tidak sehat) dengan cara yang lebih mencerminkan realitas situasi dan lebih membantu dalam kehidupannya.
- Menempatkan keyakinan baru yang lebih bermanfaat dalam praktek dengan mendasarkan perilakunya pada pikiran atau kepercayaan baru tersebut.
- Belajar untuk mengidentifikasi pikiran yang lewat di kepala penderita sosial fobia dalam menanggapi peristiwa, dan interpretasi mereka terhadap peristiwa dan situasi tersebut.
- Belajar bagaimana melihat setiap pikiran-pikiran secara objektif, dan memutuskan apakah pikiran pikiran tersebut mewakili penilaian yang wajar dari situasi (ini untuk menantang mereka agar mempunyai pikiran atau kepercayaan alternatif ).
Sebagai contoh:
Activating event (A) atau situasi: Minum kopi di cafe.
Belief (B) yang muncul adalah: (1) Tangan saya akan gemetar dan kopi
akan tumpah. (2) Saya akan terlihat gemetar, (3) mereka akan mengira
saya orang gila.
Sebagai konsekuensi (C), maka yang bersangkutan akan sangat gelisah,
cemas. Tanda yang muncul antara lain: gemetar, pucat, berkeringat.
Tentunya seorang penderita fobia sosial akan berkurang cemasnya bila
mampu mengubah B (belief) dari kejadian A tersebut dan menerapkannya
dalam perilaku yang baru.
Biasanya, terapi kognitif tersebut digabung dengan terapi perilaku.
Penderita sosial fobial diminta mengidentifikasi hal hal yang membuatnya
cemas. Kemudain bersama terapis, mereka membuat program untuk
menghadapi hal hal yang mencemaskan tersebut secara bertahap. Misalnya
bila bepergian dengan kendaraan umum membuatnya cemas, maka dibuat
program sebagai berikut:
- pergi ke terminal dan kemudian kembali kerumah tanpa naik kendaraan umum. Bila berhasil, kemudian lakukan langkah kedua.
- pergi ke terminal dan naik kendaraan umum sejauh 1 km dan turun. Bila berhasil, maka lakukan langkah ketiga
- pergi ke terminal dan naik kendaraan umum sampai ketempat tujuan. Bila berhasil, langkah berikutnya:
- pergi ke terminal, naik kendaraan umum sampai tujuan dan kemudian kembali ke rumah dengan kendaraan umum lagi.
Begitulah, dengan menggarap aspek kognitif dan perilaku, bila perlu
ditambah obat, lama kelamaan sosial fobia akan bisa dihilangkan.
0 comments